Gundul-gundul pacul... cul... gembelengan...
Nyunggi-nyunggi wakul... kul...
gembelengan...
Wakul ngglimpang segane dadi sakratan...
Mendengarkan nyanyian diatas dibawakan oleh paduan suara mahasiswa
Undip seketika membawa ingatan saya pada masa kecil, ketika bapak meninabobokan
saya dengan tembang-tembang jawa. Ketika
itu saya mendengarnya tanpa disengaja. Pekerjaan saya di kantor yang juga
berhubungan dengan salah satu tayangan talkshow televisi yang mengangkat kisah
paduan suara yang mendunia (lihat videonya disini http://www.youtube.com/watch?v=gUJnxQj0wBo
). Mendengarkan mereka latihan membawakan lagu gundul-gundul pacul, seketika
saya merasa tersihir. Bukan hanya oleh kemerduan suaranya, saya diam menikmati
nyanyian itu dengan syahdu sedangkan ingatan saya bermain-main dengan kelebat
kenangan.
Beberapa hari lalu, saya mendapat sms tentang penghargaan atas salah
satu tulisan tim majalah dimana saya pernah terlibat. Walaupun penghargaan
tersebut bukan atas nama saya, tapi rasa haru dan bangga meliputi seluruh
persendian rasa. Beritanya sebenarnya tidak terlalu mengagetkan karena
sebelumnya saya sudah diinformasikan salah satu mantan redaktur majalah
tersebut ada tulisan yang menjadi nominasi. Tapi, saat sms itu menjelaskan
bahwa salah satu reporter majalah kami yang sayangnya hanya berumur satu tahun
itu, mendapatkan penghargaan “Jurnalis Muda Berbakat Adiwarta 2012”, tak pelak
ada air mata haru, bahagia dan bangga yang memaksa keluar, kalau saja saya
tidak ingat saat itu sedang berdiri di tengah keramaian bandara.
Lalu, siang ini ada sebuah sapaan di situs jejaring sosial pertemanan
dari salah satu penyiar radio dimana saya pernah (juga) menjadi bagian dari
lini program yang sama dengan majalah. “Kamu gak kangen aku?” Ah.... saya ingat
setiap jumat sore saya sudah duduk manis di stasiun radio itu, menyusun
rundown, aneka materi yang bisa dibahas dalam satu jam siaran, memastikan narasumber
yang bisa dihubungi, hingga memastikan setiap segmen acara tidak melewati batas
durasi yang ditentukan. Ada ketegangan dan deadline
yang memusingkan. Tapi diluar semua itu, ada pertemanan dan team
work yang menyenangkan.
Ingatan tentang masa lampau itu selalu menjadi kenangan dalam waktu
yang tak berbatas. Ingatan tentang
segala hal yang pernah dimiliki itu menjadi harta karun, yang kita simpan
dengan baik, dijaga sehingga tak mudah lupa. Bukan hanya tawa, tapi juga peluh
dan setiap tetes air mata yang pernah ada berubah menjadi kekayaan pengalaman,
penuh makna.
Barangkali Tuhan terlalu sayang kepada saya, sehingga terus-terusan
melingkupi dengan kebahagiaan sekalipun dari hal-hal yang sudah tak lagi dimiliki.
Yang hilang mungkin tak terganti, tapi selalu ada kenangan berbalut rindu yang
mengingatkan kita untuk terus bersyukur bahwa kita pernah memilikinya.
kenangan adalah yg bisa dimiliki selamanya, makcik.... *cium*
BalasHapusrasa bahagia itu sepertinya harus disejajarkan dengan kenangan. biar selamanya dan bisa direfresh terus menerus..
BalasHapus