Kamis, 09 Februari 2012

NEVER SAY YOU CAN'T


"Coba dulu, kenapa harus takut sih? orang daerah itu semua merantau ke jakarta, kamu malah mau kuliah ke luar kota, gimana sih koq jadi terbalik gitu?" omelan bapak panjang lebar saat aku berusaha memberikan alasan selogis mungkin tentang keinginanku untuk melanjutkan kuliah di Jogja, Semarang, atau Purwokerto.

"Kenapa mau ke luar kota? kamu takut? belom juga dicoba!", kali ini kalimat bapak terdengar seperti ultimatum. Dan aku hanya bisa diam, menunduk patuh, berusaha belajar dan berdoa sama kerasnya. Memasukkan dua pilihan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru = Sipenmaru = UMPTN = seleksi masuk seluruh universitas negeri se Indonesia, massal!) dan keduanya adalah di UI bagiku bukanlah hal mudah. Perlu lebih dari sekedar keyakinan untuk dapat melakukannya. Saingannya tentu banyak, sehingga aku berusaha serealistis mungkin dengan memilih beberapa universitas di luar Jakarta.

Namun, kali ini bapak tidak bisa dibantah. "Coba dulu, belum juga dikerjakan udah nyerah." Gerutuan bapak terasa semakin mengintimidasi dan menutup perdebatan kami.

Berhari-hari setelah perdebatan itu, aku tahu bahwa perpaduan usaha, doa dan restu orang tua akan berujung pada sebuah keberhasilan. Yak! aku diterima di UI, walaupun untuk pilihan keduaku (pilihan 1 : FE-Akuntansi, pilihan 2 : Psikologi). Dan pilihan itu yang kemudian membawa langkahku hingga detik ini.

*when I was just a little boy
barely strong enough to stand
I can always count on him
oh he taught me everything I know
and till this day it shows
he was more than just a friend

there was so many times
I would doubt myself
but his words were always there to help
i wouldn't be
where i am
if my father didn't tell me to never say i can't
he'd carry me
and never let me fall
oh and the only thing he asked
right before he passed
was to never say you can't oh never say you cant



Drama pemilihan jurusan kuliah itu rasanya mengubah seluruh jalan hidupku. Aku bukan hanya memilih jurusan untuk kuliah. Bukan sekedar pilihan bidang studi yang disukai. Ataupun sekedar pilihan profesi yang kelak akan dijalani (walau kini aku tidak sepenuhnya mengabdi pada profesi sesuai jurusan saat kuliah). Setidaknya, drama pemilihan jurusan itu telah menempaku untuk memulai sebuah pilihan dengan keyakinan.

Pilihan apapun yang akan kita ambil, sekolah, pekerjaan, pasangan hidup, atau sekedar pilihan sederhana mengenai lokasi makan siang, lakukanlah dengan penuh keyakinan. Yakin pada diri sendiri tentang apa yang akan kita lakukan. Kalau kita sendiri saja tidak yakin dengan pilihan yang akan kita jalani, lalu bagaimana kita akan mulai membuat berbagai opsi pilihan alternatif? bagaimana kita akan membuat keputusannya? bagaimana kita dapat berusaha menjalaninya?


Kadang hidup dirasa tidak adil karena tidak memberikan apa yang kita inginkan. Tapi sekali lagi, tanyakan pada hati kita, apa sebenarnya yang kita inginkan? Apakah "keinginan" yang selama ini kita teriakkan sebagai "keinginan" adalah benar-benar "keinginan" yang kita inginkan? (sounds blunder? it is :) )


Kadang kita menjadi bingung atas diri kita sendiri, karena terlalu banyak keinginan, karena kita tidak cukup mengenali diri kita tentang apa yang sebenarnya kita inginkan, atau lebih buruk lagi, yaitu kita tidak yakin dengan diri kita sendiri tentang apa yang sebenarnya kita inginkan, atau apakah kita benar-benar punya keinginan itu atau tidak?

*so when lifes rain begins to fall
and youre out there on your own
and you cant see a thing

just find that voice
that understands for me
it was my old man
taught me to say the words I can

oh there was so many times
I would doubt myself
but his words were always there to help
I wouldn't be where I am
if my father didn't tell me to never say I can't
he'd carry me
and never let me fall
oh and they only thing he asked
right before he passed
was to never say you can't




Keyakinan kita pada diri kita sendiri, tentang kemampuan kita, tentang hal-hal yang kita inginkan, tentang apa yang kita rasakan, dan tentang seberapa besar kita menginginkan suatu hal, adalah modal kita untuk mencapai sesuatu. Tentu dengan usaha dan doa yang sepadan.


Jadi, berterimakasihlah pada hidup yang terus-menerus meminta kita untuk memilih.

Berterimakasihlah pada orang-orang yang mungkin pernah meragukan kita, karena keragu-raguan mereka memaksa kita untuk berpikir kembali apakah "keyakinan saya cukup besar untuk maju dan membuat keputusan?"

Berterimakasihlah pada siapapun atau apapun yang telah membuat kita jatuh, karena tanpa disadari kita belajar untuk bangkit dan percaya pada kekuatan diri sendiri.

Berterimakasihlah pada bisikan-bisikan yang membingungkan. Karena bisikan-bisikan atau godaan-godaan itulah yang membuat kita berkeyakinan bulat akan sesuatu. Karena bisikan-bisikan dan godaan-godaan itulah yang telah menguji keyakinan kita akan diri kita sendiri, ataupun keyakinan kita atas pilihan yang akan kita jalani.


One day, my co worker told me about a song
One night, I found that song
The song told me, exactly the same just like my father did
He told me once, "never say you can't"
And now, I say it again to myself
And I say it to you
Share it to as many people as I can
Sharing the "Never Say You Can't" virus







*a beautiful song from Bruno Mars, Never Say You Can't