Jumat, 07 Desember 2012

Hilang Tak Terganti...



Gundul-gundul pacul...  cul... gembelengan...
Nyunggi-nyunggi wakul... kul... gembelengan...
Wakul ngglimpang segane dadi sakratan...



Mendengarkan nyanyian diatas dibawakan oleh paduan suara mahasiswa Undip seketika membawa ingatan saya pada masa kecil, ketika bapak meninabobokan saya dengan tembang-tembang jawa.  Ketika itu saya mendengarnya tanpa disengaja. Pekerjaan saya di kantor yang juga berhubungan dengan salah satu tayangan talkshow televisi yang mengangkat kisah paduan suara yang mendunia (lihat videonya disini http://www.youtube.com/watch?v=gUJnxQj0wBo ). Mendengarkan mereka latihan membawakan lagu gundul-gundul pacul, seketika saya merasa tersihir. Bukan hanya oleh kemerduan suaranya, saya diam menikmati nyanyian itu dengan syahdu sedangkan ingatan saya bermain-main dengan kelebat kenangan.

Beberapa hari lalu, saya mendapat sms tentang penghargaan atas salah satu tulisan tim majalah dimana saya pernah terlibat. Walaupun penghargaan tersebut bukan atas nama saya, tapi rasa haru dan bangga meliputi seluruh persendian rasa. Beritanya sebenarnya tidak terlalu mengagetkan karena sebelumnya saya sudah diinformasikan salah satu mantan redaktur majalah tersebut ada tulisan yang menjadi nominasi. Tapi, saat sms itu menjelaskan bahwa salah satu reporter majalah kami yang sayangnya hanya berumur satu tahun itu, mendapatkan penghargaan “Jurnalis Muda Berbakat Adiwarta 2012”, tak pelak ada air mata haru, bahagia dan bangga yang memaksa keluar, kalau saja saya tidak ingat saat itu sedang berdiri di tengah keramaian bandara.

Lalu, siang ini ada sebuah sapaan di situs jejaring sosial pertemanan dari salah satu penyiar radio dimana saya pernah (juga) menjadi bagian dari lini program yang sama dengan majalah. “Kamu gak kangen aku?” Ah.... saya ingat setiap jumat sore saya sudah duduk manis di stasiun radio itu, menyusun rundown, aneka materi yang bisa dibahas dalam satu jam siaran, memastikan narasumber yang bisa dihubungi, hingga memastikan setiap segmen acara tidak melewati batas durasi yang ditentukan. Ada ketegangan dan deadline yang memusingkan. Tapi diluar semua itu, ada pertemanan  dan team work yang menyenangkan.

Ingatan tentang masa lampau itu selalu menjadi kenangan dalam waktu yang tak berbatas.  Ingatan tentang segala hal yang pernah dimiliki itu menjadi harta karun, yang kita simpan dengan baik, dijaga sehingga tak mudah lupa. Bukan hanya tawa, tapi juga peluh dan setiap tetes air mata yang pernah ada berubah menjadi kekayaan pengalaman, penuh makna.

Barangkali Tuhan terlalu sayang kepada saya, sehingga terus-terusan melingkupi dengan kebahagiaan sekalipun dari hal-hal yang sudah tak lagi dimiliki. Yang hilang mungkin tak terganti, tapi selalu ada kenangan berbalut rindu yang mengingatkan kita untuk terus bersyukur bahwa kita pernah memilikinya.

2 komentar:

  1. kenangan adalah yg bisa dimiliki selamanya, makcik.... *cium*

    BalasHapus
  2. rasa bahagia itu sepertinya harus disejajarkan dengan kenangan. biar selamanya dan bisa direfresh terus menerus..

    BalasHapus